Teori Kepemimpinan Pemerintahan
Komarudin
(1994:855) mengatakan bahwa teori adalah seperangkat konsep, definisi dan
proposisi yang saling berkaitan dan menunjukan gejala-gejala secara sistematis
dengan menentukan hubungan-hubungan antara variabel-variabel dengan tujuan
untuk menjelaskan dan meramal gejala-gejala itu.
Jonathan H. Turner
mengatakan bahwa teori adalah sebuah proses mengembangkan ide-ide yang membantu
kita bagaimana dan mengapa sesuatu terjadi.
Manning mengatakan bahwa teori adalah seperangkat asumsi
dan kesimpulan logis yang mengaitkan seperangkat variabel satu sama lain, dan
teori itu akan menghasilkan ramalan-ramalan yang dapat dibandingkan dengan
pola-pola yang diamati.
Jadi praktek
kepemimpinan pemerintahan dibimbing oleh teori kepemimpina pemerintahan,
sehingga teori ini memberi kepemimpinan pemerintahan pemahaman yang lebih baik
tentang bagaimana kompleksitas perilaku para pemimpin pemerintahan
berinteralasi yaaitu dengan menerapkan bagaimana suatu peristiwa dan gejala
tertentu terjadi.
A. Teori Otokritas Dalam Kepemimpinan
Pemerintahan
Teori otokritas dalam kepemimpinan pemerintahan adalah teori
bagaimana seorang pimpinan pemerintahan dalam menjalankan tugasnya bekerja tanpa menerima saran dari bawahan,
pemerintah diberikan dalam satu arah saja artinya bawahan tidak diperkenankan
membantah, mengkritik, bahkan bertanya.
Cara ini biasanya terjadi pada organisasi militer terutama dalam
keadaan itu diperlukan dramatisir keadaan bagaimana berjasanya sang pimpinan
setelah beberapa waktu berlalu marah dengan suara keras, kasar dan lantang.
B. Teori Sifat Dalam Kepemimpina
Pemerintahan
Teori sifat dalam kepemimpinan pemerintahan adalah teori yang
mengatakan bahwa kepemimpinan tercipta dari seseorang berdasarkan sifat-sifat
yang dimiliki seseorang tersebut, berarti yang bersangkutan sudah sejak lahir
memiliki ciri-ciri untuk menjadi pemimpin.
Menurut teori ini seseorang memiliki bawaan bakat turunan, antara
lain cukup terampil untuk mengurus orang lain, memiliki kepekaan inisiatif,
mempunyai rangsangan emosional untuk
membela teman, dewasa dalam pemikiran, pandai membujuk dalam rayuan yang
menghanyutkan, gampang berkomunikasi, percaya untuk tampil di depan umum,
kreatif dalam menemukan gagasan baru, mempunyai presepsi positif serta jalan
keluar setiap masalah, dan selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan orang
lain.
Pengkritik teori sifat dalam kepemimpinan pemerintahan ini
berpendapat bahwa tidak ada hubungan antara sifat kepemimpinan dengan tingkat
keberhasilan, bagi para pengkritik ini pemimpin bukan dilahirkan dengan
sifat-sifat khususnya tetapi dapat dibentuk melaui kebiasaan, inilah yang dalam
pepatah dikenal sebagai “alaaaah bisa karena biasa”.
C. Teori Manusiawi Dalam Kepemimpinan
Pemerintahan
Teori
manusiawi dalam kepemimpinan pemerintahan adalah teori yang pemimpinannya
benar-benar merasakan bawahannya (baik rakyat maupun staf) sebagai manusia yang
dapat dimotivasi kebutuhannya sehingga menimbulkan kepuasan kerja, untuk itu
teori ini berkaitan dengan teori motivasi. Ada tiga pakar yang populer dengan
teori motivasi, yaitu Abraham Maslow, Douglas Mac Gregor, dan David Mac
Clelland.
D. Teori Perilaku Pribadi Dalam Kepemimpinan
Pemerintahan
Teori perilaku dalam pemerintahan adalah teori di mana pemimpin
melakukan pendekatan pada bawahan melalui cara-cara non formal yang tidak
resmi, dengan begitu perintah biasanya dilakukan secara lisan dan bukan
tertulis. Jadi kalau teori otokratis dinilai cukup efektif hasilnya maka teori
perilaku pribadi cukup efisien dalam tenaga dan biaya.
Tidak menutup kemungkinan pemimpin yang menggunakan teori ini
memberikan perintahnya pada tempat yang tidak resmi misalnya lapangan olah raga
seperti tenis, badminton, golf, bola kaki dan lain-lain atau pada berbagai
pesta seperti sunatan, pernikahan, pertunangan, ulang tahun dan lain-lain. Hal
ini melihat ruang tempat memberukan perintah yang tidak resmi.
Sedangkan memberikan perintah tidak resmi pada teori perilaku
pribadi ini dilihat dari waktunya terkadang pada waktu berkendaraan seperti di
atas mobil, motor, kereta api, pesawat udara, kapal laut dan lain-lain atau
kerika dengan berkomunikasi secara santai seperti dalam telepon, faximille,
pager, dan lain-lain yang tidak menggunakan kata-kata dan kop dinas.
Dalam teori ini pembicaraan dimulai dari menanyakan keluarga seperti
anak, isteri, tetangga, ibu, bapak dan saudara lainnya sehingga dengan begitu
tudak langsung pada sasaran, dengan demikian dapat diperhitungkan saat waktu
yang tepat untuk mengeluarkan perintah atau suruhan menjadi tidak terasa.
Untuk itu teori ini memerlukan bakat tersendiri dari pemimpin yang
melakukannya, dalam kepemimpinan pemerintah biasanya atasa mengadakan arisan,
undangan makan malam, kumpul reuni, kesukuan, keagamaan.
E. Teori Lingkungan Dalam Kepemimpinan
Pemerintahan
Teori lingkungan dalam kepemimpinan pemerintahan adalah teori yang
memperhitungkan ruang dan waktu, berbeda dengan teori sifat yang mengatakan
bahwa pemimpin itu dilahirkan (leader is
born) maka dalam teori ini pemimpin dapat dibentuk.
F. Teori Situasi Dalam Kepemimpinan
Pemerintahan
Teori situasi dalam kepemimpinan pemerintahan adalah teori
dimana pemimpin memanfaatkan situasi dan kondisi bawahannyadalam
kepemimpinannya. Yaitu dengan memperhatikan dukungan (supportif) dan pengarahan (directif).
S D
|
S D
|
S D
|
S D
|
S= Supportif (dukungan)
D= Directif (Pengarahan)
G.
Teori Pertukaran Dalam Kepemimpinan Pemerintahan
Teori pertukaran dalam kepemimpinan pemerintahan adalah
teori dimana pemimpin pemerintahan dalam mempengaruhi bawahannya memakai
strategi take and give yaitu ketika atasan memberikan perintah maka selalu
diutarakan bahwa bila berhasil akan dinaikan gaji, atau sebaliknya sebelum
penerimaan suatu honor lalu pemimpin mengutarakan bahwa selayaknya bawahan
bekerja lebih rajin, dengan demikian akan menjadi bawahan yang tahu diri.
H.
Teori Kontingensi Dalam Kepemimpinan Pemerintahan
Teori kontingensi
dalam kepemimpinan pemerintahan adalah teori yang berpatokan pada tiga hal
yaitu hubungan atasan dengan bawahan (leader membership relation),
struktur/orientasi tugas (task structure) dan posisi/wibawa pemimpin (leader
position power).
FIEDLER’S CONTINGENCY MODEL
No
|
Kondisi
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
VII
|
VIII
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
||
1
|
Hubungan atasan dan bawahan
|
Baik
|
Baik
|
Baik
|
Baik
|
Tidak baik
|
Tidak baik
|
Tidak baik
|
Tidak baik
|
2
|
Struktur tugas/derajat
|
Berpola
|
Berpola
|
Tidak
berpola
|
Tidak
berpola
|
Berpola
|
Berpola
|
Tidak
berpola
|
Tidak
berpola
|
3
|
Wibawa seorang pemimpin
|
Kuat
|
Lemah
|
Kuat
|
Lemah
|
Kuat
|
Lemah
|
Kuat
|
Lemah
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar