Selasa, 06 Agustus 2013

Memilih Pemimpin dan Melatih Kepemimpinan

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kepemimpinan adalah suatu bentuk dominasi yang didasari oleh kapabilitas/ kemampuan pribadi, yaitu mampu mendorong dan mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan bersama. kepemimpinan tersebut juga berdasar pada akseptansi / penerimaan oleh kelompok, dan pemilikan keahlian khusus pada satu situasi khusus. Dalam masyarakat modern yang banyak menonjolkan individualisme sekarang banyak terdapat orang sangat ambisius, bahkan paling ambisius untuk muncul menjadi pemimpin demi kepentingan-kepentingan pribadi. orang yang teramat suka menonjolkan dan mengiklankan diri itu dengan segala upaya licik ingin menjabat kursi kepemimpinan.
Untuk mendapatkan tenaga-tenaga kepemimipinan bagi bermacam-macam usaha yang diciptakan masyarakat modern, juga untuk keperluan-keperluan proses regenerasi (penggantian dari generasi tua ke generasi penggantinya), diperlukan penyiapan dan pembinaan calon-calon. tugas ini terutama dibebankan kepada pemerintah dan partai-partai politik. juga dilakukan oleh organisasi-organisasi masyarakat atau sosial yang menyelenggarakan bermacam-macam kegiatan kemasyarakatan.
demikian juga pemimpin tertinggi pemerintahan dan para top manager di dunia bisnis harus memilih pembantu-pembantunya untuk meringankan tugas-tugas kepemimpinan. beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon pemimpin, dan kegiatan-kegiatan yang harus diperlukan untuk melatih para calon/ kandidat tersebut.
Atas dasar pemikiran diatas maka kami memberi judul makalah ini “MEMILIH DAN MELATIH KEPEMIMPINAN”








B.     Rumusan Masalah
-          Bagaimana cara memilih pemimpin?
-          Kriteria apa saja yang harus dimiliki seorang calon pemimpin?
-          Bagaimana menilai keberhasilan dan kegagalan seorang pemimpin?
-          Program latihan apa saja yang dapat dilakukan untuk melatih kepemimpinan?
C.    Tujuan
-          Memenuhi tugas kelompok mata kuliah Kepemimpinan
-          Sebagai program pembelajaran kepemimpinan
-          Mengetahui cara memilih pemimpin
-          Mengetahui cara melatih kepemimpinan
-           



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Memilih Calon Pemimpin  
persiapan paling utama bagi seorang calon pemimpin ialah dapat memimpin orang lain ke arah pencapaian tujuan organisasi, dan dapat menjalin komunikasi antar manusia, karena organisasi itu selalu bergerak atas dasar interaksi antar manusia.
menurut O.Jeff Harris, orang-orang yang perlu di pilih sebagai kandidat-kandidat atau calon pemimpin adalah mereka mempunyai kualifikasi antara lain sebagai berikut:
1.      memiliki kemauan untuk memikul tangggung jawab
Menerima tanggung jawab kepemimpinan mengandung resiko menerima sanksi-sanksi tertentu bila ia tidak mampu mencapai hasil yang diharapkan. kebanyakan pemimpin merasakan, bahwa peranan sebagai pemimpin itu mengandung banyak tekanan dan tuntutan. terutama penggunaan waktu, usaha, dan pengetahuan ya ng diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas secara efektif. Syarat-syarat orang yang diserahi jabatan pemimpin itu benar-benar diharapkan: menghendaki peranannya, sanggup menerima tanggung jawab.
2.      Memiliki kemampuan untuk menjadi perseptif
persepsi adalah kemampuan untuk melihat dan menanggapi realitas nyata dalam hal ini pemimpin perlu mempunyai daya persepsi disertai kepekaan yang tinggiterhadap semua situasi organisasi yang dibawahinya yaitu mengamati segi-segi kekuatan dan kelemahannya.
3.      Kemampuan untuk menanggapi secara objektif
Objektifitas merupakan kemampuan untuk melihat masalah-masalah secara rasional, impersonal (zakelijk) tanpa prangsangka objektifitas adalah kelanjutan dari perseptifitas dengan mengabaikan sebanyak mungkin faktor-faktor pribadi dan emosional yang bisa mengakibatkan kaburnya kenyataan.
4.      Kemampuan untuk menetapkan prioritas secara tepat
seorang pemimpin itu harus benar-benar mahir memilih mana bagia yang penting dan harus didahulukan, dan mana yang kurang penting sehingga bisa ditunda pelaksanaannya. jadi, mampu mengambek-paramartakan pemecahan masalah. juga sanggup memilih keputusan secara bijaksana dari sekian banyak alternatif dengan tepat.

5.      Kemampuan untuk berkomunikasi
kemampuan untuk memberikan informasi dengan cermat, tepat dan jelas juga kemampuan untuk menerima informasi dari luar dengan kepekaan tinggi, merupakan syarat mutlak dari pemimpin yang efektif. dia mampu menjabarkan “bahasa policy” kedalam “bahasa operasional” yang jelas dan singkat. maka segenap tanggung jawabnya akan menjadi lebih mudah sehubungan dengan tugas-tugas yang harus di distribusikan kepada bawahan.

B.     Pembinaan Kepemimpinan
selanjutnya beberapa landasan bagi pembinaan kepemimpinan di indonesia, sebagai berikut:
a.       Landasan ideologi dan konstitusional
1.      landasan ideologi, pancasila sebagai sumber hukum dari segala hukum yang berlaku di segenap wilayah negara republik indonesia harus menjadi landasan ideologi sekaligus juga merupakan pancaran sikap setiap insan indonesia, terutama dari para pemimpin bangsa. khususnya pemimpin sebagai penerus atau pelanjut atau pewaris kepemimpinan bangsa harus melandasi ideologinya dengan jiwa pancasila.
2.      landasan konstitusional, Undang-Undang Dasar 1945 merupakan dasar hukum tertulis yang tertinggi, dan merupakan perwujudan kehendak pancasila secara kongkret. Undang-Undang Dasar 1945 merupakan pula bagian yang tidak terpisahkan dari pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa serta mengikat setiap warga negara Republik Indonesia secara yuridis formal inklusif para pemimpin.
b.      Landasan Kultural
sikap hidup kekeluargaan dan kegotongroyongan sebagai nilai-nilai luhur kultural bangsa indonesia harus melandasi cara berpikir dan perilaku pemimpin.
c.       Landasan strategis
dalam mewujudkan pelatihan kepemimpinan indonesia adalah garis-garis beras haluan negara (TAP MPR No.IV/MPR/1978) antara lain berisi:
1.      pengembangnan generasi muda diarahkan untuk mempersiapkan kader-kader penerus perjuangan bangsa dan pembangunan nasional, denagn memberikan bekal keterampilan, kepemimpinan, kesegaran jasmani, daya  kreasi, patriotisme, idealisme, kepribadian dan budi perkerti yang luhur.
2.      pengmabanagan wadah pembinaan generasi muda seperti sekolah-sekolah, organisasi-organisasi, fungsional kepemudaan, pramuka, organisasi olahraga, dan lain-lainnya, perlu terus ditingkatkan.
d.      Landasa oprasional
1.      keputusan menteri pemdidikan dan kebudayaan nomor 0323/1978, tentang pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda, yang memberikan penjelasan tentang landasan, pengertian-pengertian, masalah, dan potensi generasi muda; asas, arah, dan tujuan pembinaan serta pengembangan generasi muda, strategi dan sasaran, jalur pembinaan dan pengembangan generasi muda serta melaksanakan kebijaksanaan yang menyeluruh dan terpadu.
2.      keputusan presiden nomor 23 tahun 1979 tentang badan koordinasi penyelenggaan pembinaan dan pengembangan generasi muda, merupakan perwujudan dari amanat GBHN, untuk lebih meningkatkan koordinasi dan penyelenggaraan pembinaan dan pengembangan generasi muda secara menyeluruh dan terpaadu
C.    Kegagalan dalam Proses memilih Pemimpin
kegagalan pemilihan dapat disebabkan oleh:
1.      Kurang tepatnya cara pemilihan calon pemimpin, misalnya lewat sistem katabelletje (surat kecil), pilih kasih, sistem kruiwagen (gerobak sorong, para penobat mendahulukan kawan dan sanak saudara untuk mendapatkan fasilitas) nepotisme (sistem mendahulukan family dan teman-teman sendiri untuk mendapat jabatan) dan lain-lain.
2.      Tanpa melalui sistem tes secara objektif, seleksi dan pengujian fisik serta mental terlebih dahulu.
3.      Tugas-tugas yang harus dipikul oleh “calon pemimpin” tadi ada jauh diatas daya pikul dan kapabilitasnya.
4.      Tidak diterima oleh bawahan, karena pimpinan yang diangkat itu tidak mampu menyesuaikan diri dalam iklim sosial dan iklim psikis baru.
5.      Oleh perubahan tugas atau mutasi yang mendadak dan kurang adanya adaptasi (daya penyesuaian diri, dan kurang kemampuan teknisnya).
D.    Kriteria Keberhasilan Kepemimpinan
Bagaimanakah caranya seorang calon pemimpin mempersiapkan  diri dan melatih dirinya? dan bagaimanakah caranya suatu organisasi/lembaga melatih calon-calon pemimpin agar dapat lebih efektif dan lebih sukses lagi memimpin pengikutnya?
Keberhasilan pemimpin itu pada umumnya diukur dari produktivitas dan efektifitas pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan pada dirinya. Bila produktivitas naik dan semua tugas dilaksanakan dengan efektif, maka ia disebut sebagai pemimpin yang berhasil. sedang apabila produktivitasnya menurun dan kepemimpinannya dinilai tidak efektif dalam jangka waktu tertentu maka ia disebut sebagai pemimpin yang gagal.
Untuk memastikan keberhasilan kepemimpinan seseorang secara tepat dan cermat adalah sulit sekali, yaitu:
1.      sukar menilai tingkah laku manusia yang sering tersembunyi, tertutup dan tidak terduga-duga.
2.      Sulit menentukan kriteria objektif sebagai panutan untuk menilai.
3.      Sukar pula untuk menilai secara murni objektif, karena semua penilai pasti mengandung unsur subjektivitas.
4.      sulit menilai keberhasilan, karena harus ditinjau dan dikaitkan dengan macam-macam aspek yaitu aspek teknis, administrasif-manajerial, dan sosial atau manusiawi.
Petunjuk keberhasilan kepemimpinan dalam suatu organisasi, ialah sebagai berikut:
1.      meningkatkan hasil-hasil produksi dan pemberian pelayanan oleh organisasi (aspek ekonomis dan teknis)
2.      semakin rapinya sistem administrasi dan makin efesiennya manajemen yang meliputi:
-          pengelolaan SDM, alam, dana, sarana, dan waktu yang makin ekonomis dan efisien;
-          the right man in the right place, dengan delegation of authrity/pendelegasian wewenang yang luas;
-          struktur organisasi sesuai dengan kebutuhan organisasi, dan ada integrasi dari semua bagian;
-          target dan sasaran yang ingin dicapai selalu terpenuhi, sesuai dengan ketentuan jadwal waktu;
-          organisasi dengan cepat dan tepat dapat menyesuaikan diri pada tuntutan perkembangan dan perubahan dari luar organisasi (masyarakat, situasi dan kondisi sosial politik dan ekonomi)
3.      semakin meningkatnya aktivitas-aktivitas manusiawi atau aspek sosial yang lebih human sifatnya antara lain;
-          terdapat iklim psikis yang mantap, sehingga orang merasa aman dan senang bekerja;
-          ada disiplin kerja, disiplin diri, rasa tanggungjawab, dan moral yang tinggi dalam organisasi;
-          terdapat suasana saling mempercayai, kerja sama kooperatif, dan etik kerja yang tinggi;
-          komunikasi formal dan informal yang lancar dan akrab;
-          ada kegairahan kerja dan loyalitas tinggi terhadap organisasi;
-          tidak banyak terdapat penyelewengan dalam organisasi;
-          ada jaminan-jaminan sosial yang memuaskan.

E.     Program Latihan
Untuk dapat menyusun suatu program suatu program latihan yang tepat dan sukses, langkah pertama yang perlu diambil ialah menentukan tujuannya, yaitu tujuan latihan yang akan diprogramkan. Langkah kedua ialah menentukan, kebutuhan latihan; yaitu segi-segi dan keterampilan apa yang amat dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat menjadi pemimpin yang efektif. Langkah ketiga ialah memilih mata pelajaran-mata pelajaran yang tepat dan dapat memberikan motivasi untuk mengadakan perubahan sikap, dapat melancarkan komunikasi, serta membangun kerja sama dengan semua pihak, yaitu dengan atasan, teman sejawat yang sederajat, dan dengan bawahan.
Perlu ditambahkan, bahwa usaha mempersiapkan calon-calon pemimpin dan mengembangkan kemampuan para pemimpin itu tidak selalu harus melalui latihan-latihan khusus yang formal (pendidikan khusus) saja, melainkan juga dapat dilaksanakan sambil bekerja di tengah lingkungan kerja melalui:
1)      Pemberian koreksi dan petunjuk,
2)      memberikan tugas-tugas dan latihan tambahan
3)      melalui diskusi-diskusi, seminar-seminar, dan rapat-rapat kerja,
4)      in-service training.

·         Belajar dalam sindikat
            Sasaran dari metode sindikat ini ialah mendorong para peserta untuk belajar memahami dan memecahkan masalah melalui analisis-analisis dan diskusi-diskusi kelompok.
            Keuntungan dari belajar dalam sindikat yang terdiri enam sampai delapan orang ialah:
a)      Peserta dipaksa melatih mengungkapkan pikirannya untuk memecahkan masalah; jadi ada latihan ekspresi.
b)      Di dalam sindikat orang lebih dekat pada situasi kerja sebenarnya, yaitu harus selalu bekerja sama dengan orang lain, bersikap dan bertindak dengan memperhatikan kondisi lingkungan dan kepentingan pribadi lain. umpama dalam pengambilan keputusan, orang harus memperhatikan saran kolega atau bawahan. dan untuk mengatasi konflik-konflik perlu diperhatikan sugesti dari teman-teman sejawat. dengan demikian metode sindikat dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik.
c)      Kelompok sindikat ini memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk belajar pengalaman-kepandaian-keterampilan peserta lainnya; jadi ada interaksi dalam proses belajar.
d)     Kelompok sindikat tersebut mendorong setiap peserta untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan kelompok; dan lebih memberanikan mereka untuk mengemukakan ide-ide, visi dan pertimbangan pribadi.
·         Metode Konverensi atau Diskusi
konverensi adalah pembicaraan, perundingan, permusyawaratan. sedangkan, diskusi adalah semacam berbicara bebas yang diarahkan kepada pemecahan masalah.
Diskusi yang diarahkan pada keterampilan seseorang berdialog, peningkatan pengetahuan, peningkatan pemecahan masalah secara efesien, dan untuk mempengaruhi para anggota agar mau mengubah sikap.
Diskusi tersebut dapat dilakukan dengan baik, apabila ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Pembukaan, memberikan ulasan tentang latar belakang permasalahan yang akan didiskusikan, dengan menonjolkan topik atau inti permasalahan ditekankan tujuan diskusi dengan jelas dan lengkap, kemudian prosedur diskusi.
2.      Pendekatan yang luwes, lalu memberikan bimbingan dan pengarahan agar diskusi berjalan dengan baik dan lancar.
3.      pelaksanaan diskusi, ruangan diatur sedemikian rupa sehingga perserta nyaman. diskusi juga harus berjalan secara runtur tidak simpang siur, sehingga peserta dapat menerima pembicara dengan baik.
4.      Menyusun kesimpulan dan  ringkasan mengenai hal-hal yang pokok.
·         Role Playing
N.R  Maier dalam bukunya Psychology in indusrty mendefinisikan role playing sebagai suatu prosedur dengan mana berbagai situasi hidup nyata ditimbulkan, dan para partisipan mempunyai kesempatan untuk mempraktikan relasi-relasi manusia yang khusus didalam satu lingkungan laboratorium, dipenuhi rasa aman.
Nilai dan metode role palying ialah:
1.      Menimbulkan insight atau wawasan dan keinsyafan peserta untuk menjalin relasi interpersonal dan relasi antar manusia yang baik.
2.      Membantu peserta untuk mengubah sikapnya yang kurang mapan.
3.      mengembangkan kemampuan berbicara dan berdiskusi dan belajar bertangggung jawab untuk menghasilkan produk pemikiran yang baik.
Proses role playing dapat disusun sebagai berikut
1.      Kepada tiga atau empat orang diberikan konsep mengenai peranan masing-masing dan gambaran situasi.
2.      Para peserta yang ditunjuk disuruh keluar ruangan dahulu untuk mempelajari naskah tadi, akan tetapi mereka jangan berhubungan satu sama lain terlebih dahulu.
3.      Beberapa peserta lain  diberi tugas (petugas khusus) untuk menjadi pengamat dan mencatat hal-hal yang penting dan diberitahukan pula garis besar situasinya
4.      Role playing dilakukan di muka kelas, dilihat oleh para peserta lainnya.
5.      Setelah role playing selesai dilakkukan pembicaraan atau review dari pengamat, pertugas khusus memberikan komentar, kritik, saran, sugesti dan kesimpulan, juga pemain dan peserta lainnya.





BAB III
PENUTUP



Persiapan paling utama bagi seorang calon pemimpin ialah dapat memimpin orang lain ke arah pencapaian tujuan organisasi, dan dapat menjalin komunikasi antar manusia, karena organisasi itu selalu bergerak atas dasar interaksi antar manusia.
menurut O.Jeff Harris, orang-orang yang perlu di pilih sebagai kandidat-kandidat atau calon pemimpin adalah mereka mempunyai kualifikasi antara lain sebagai berikut:
1.      memiliki kemauan untuk memikul tangggung jawab
2.      Memiliki kemampuan untuk menjadi perseptif
3.      Kemampuan untuk menanggapi secara objektif
4.      Kemampuan untuk menetapkan prioritas secara tepat
5.      Kemampuan untuk berkomunikasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar