BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ahlak merupakan cerminan hidup sesorang , kita
harus mempelajari ilmu ahklak ini agar menjadi acuan atau pedoman bagi hidup
kita. Dengan kita mempelajari ilmu akhlak, etika dan moral kita dapat tahu
hal-hal apa saja yang harus kita lakukan dan hindarkan.ilmu ahlak juga bukan
hal yang baru, tetapi sudah sangat lama di kaji oleh para pakar di bidang
tasawuf, bahkan sebelum tasawuf sebagai ilmu, akhlak manusia sudah ada.
Sekalipun
ilmunya belum ajeg, tingkah laku manusia merupakan awal dari lahirnya ilmu akhlak
maupun ilmu tasawuf. Hal ini karena karena ilmu itu secara substansial
berhubungan dengantingkah laku manusia di lihat secara lahir maupun batin.
B. Rumusan masalah
1.
Pengertian akhlak
2.
Pengertian etika
3.
Pengertian moral
PEMBAHASAN
AKHLAK
A.
Pengertian
Akhlak
Istilah
akhlak sudah sangat akrab di tengah kehidupan kita. Mungkin hampir semua orang
mengetahui arti kata “akhlak” karena
perkataan akhlak selalu dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Akan tetapi,
agar lebih jelas dan meyakinkan, “akhlak”
masih perlu untuk diartikan scara bahasa maupun istilah.
Kata
“akhlak” berasal dari bahasa Arab,
yaitu jama’ dari kata “khuluqun” yang
secara linguistik diartikan dengan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat, tata krama, sopan santun, adab dan tindakan. Kata “akhlak” juga berasal dari kata “khalaqa”
atau “khalaqun”, artinya kejadian,
serta erat hubungannya dengan “kholiq”,
artinya menciptakan, tindakan atau perbuatan, sebagaimana terdapat kata “al-khaliq;’, artinya pencipta dan “makhluq’, artinya yang diciptakan.
Sebenarnya,
ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan kata “akhlak”, yaitu pendekatan linguistik
(kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan). Menurut Ibnu Miskawih
(421 H/1030 M), yang dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka mengatakan
bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sementara itu,
imam Al-Ghazali (1015-1111 M), dikenal sebagai hujjatul islam (pembela Islam) karena kepiawaiannya dalam membela
Islam dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan, dengan aga lebih luas dari
pada Ibnu Miskawih, mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gamblang dan mudah tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Dari
pengertian-pengertian diatas, dapat dipahami bahwa “akhlak” sebenarnya jamak dari kata “khuluqun”, artinya tindakan. Kata “khuluqun” sepadan dengan kata “khalqun”,
artinya kejadian dan kata “khaliqun”,
artinya pencipta dan kata “mahluqun”, artinya
yang diciptakan. Dengan demikian, terminologis dari akhlak merupakan hubungan
erat antara khaliq dengan makhluk
serta antara mahluk dengan mahluk. (Hamzah Ya’qub, 1993:11)
Definisi-definisi
akhlak secara substansial tampak saling melengkapi, dan memiliki lima ciri
penting dari akhlak, yaitu:
1. Akhlak adalah perbuatan
yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga menjadi kepribadiannya.
Dalam artian sudah menjadi kebiasaan.
2. Akhlak adalah perbuatan
yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.
3. Akhlak adalah perbuatan
yang timbul dari dalam diri seseorang yang melakukannya.
Tanpa ada
paksaan atau tekanan dari luar.
4. Akhlak adalah perbuatan
yang dilakukan dengan sesungguhnya bukan main-main atau sandiwara. Perbuatan
ini umumnya hanya dilakuan satu kali seumur hayat.
5. Sejalan
dengan ciri yang ke empat perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik), akhlak
adalah perbuatan yang dilakukan dengan ikhlas karena sematamat Allah SWT bukan
karena ingin mendapatkan suatu pujian
Artinya: “bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan mu yang menciptakan; Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah; bacalah, dan Tuhan mu lah yang
menciptakan maha mulia; yang mengajar (manusia) dengan pena; Dia mengajarkan
manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS Al-‘Alaq:1-5).
Secara
terminologis akhlak adalah tindakan (kreatifitas) yang tercermin pada akhlak
Allah SWT yang salah satunya dinyatakan sebagai pencipta manusia dari segumpal
darah; Allah SWT. Sebagai sumber pengetahuan yang melahirkan kecerdasan
manusia, pembebasan dari kebodohan, serta peletak dasar yanga paling utama
dalam pendidikan.
Dengan
demikian, secara terminologis pengertian akhlak adalah tindakan yang
berhubungan dengan tiga unsur penting yaitu sebagai berikut.
1.
Kognitif, yaitu pengetahun dasar
manusia melalui potensi intelektualnya.
2.
Afektif, yaitu pengembangan
potensi akal manusia melalui upaya menganalisis berbagai kejadian sebagai
bagian dari pengembangan ilmu pengetahuan.
3.
Psikomotorik, yaitu pelaksanaan
pemahaman rasional kedalam bentuk perbuatan yang konkrit.
Perumusan
“akhlak” timbul sebagai media yang
memungkinkan adanya hubungan baik antara Kholik dan mahluk. Perkataan ini
bersumber dari kalimat yang tercantum dalam Al-Quran:
Artinya:
“Sesungguhnya, engkau (Muhammad) benar-benar
berbudi pekerti yang luhur.”
(QS Al-Qalam:4)
B.
MACAM-MACAM
AKHLAK
1.
Akhlak Karimah
Akhlak karimah
atau akhlak mulia banyak macamnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia
dengan tuhan dan manusia dengan manusia akhlak yang mulia itu dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu:
a.
Akhlak terhadap Allah, contohnya:Memuji
sedemikian agung sifat Allah, yang jengankan manusia malaikatpun tidak akan
menjangkau hakikatnya.
b.
Akhlak terhadap diri sendiri,
contohnya: Menghindari minuman berakohol, menjaga kesucian diri, hidup
sederhana, jujur, dan menghindari perbuatan yang tercela.
c.
Akhlak terhadap sesama manusia,
contohnya: Saling tolong menolong dan saling menghargai satu sama lain.
2.
Akhlak mazmumah
Akhlak mazmumah
atau akhlak tercela adalah kebalikan dari akhlak baik dalam ajaran Islam agar
dapat dipahami dengan benar dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya.
Berdasarkan ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak tercela diantaranya:
a.
Berbohong
b.
Takabur
c.
Dengki
d.
Bkhil/kikir
C.
LANDASAN
AKHLAK
Landasan normatif akhlak manusia sebagai individu atau sebagai
masyarakat adalah sebagai berikut.
1.
Landasan normatif yang berasal
dari ajaran agama Islam, yaitu Al-Quran dan As-Sunnah.
2.
Landasan normatif dari adat
kebiasaan atau norma budaya, misalnya masyarakat jawa yang belum mengenal agama
Islam, mereka telah meyakini suatu ajaran yang dikenal dengan kejawen.
3.
Landasan normatif dari
pandangan-pandangan filsafat. Hasil pemikiran kontemplatif dalam filsafat telah menyebar berbagai kehidupan manusia di dunia.
4.
Landasan normatif yang memaksa
dan mengikat akhlak manusia, yaitu norma hukum.
D.
TUJUAN
AKHLAK
Tujuan akhlak
adalah untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengatahui
perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan yang abaik ia akan
berusaha melakukannya dan terhadap yang buruk ia akan menjauhinya. Tujuan
akhlak juga untuk membentuk manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan
dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangai, bersifat
bijaksana, sempurna, sopan, beradab, ikhlas, jujur dan suci.
E.
KEDUDUKAN
AKHLAK
Akhlak mempunyai
kedudukan yang paling penting dalam agama Islam. Antaranya :
1. Akhlak dihubungkan dengan tujuan risalah Islam atau antara perutusan utama Rasulullah saw. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : "Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." Pernyataan Rasulullah itu menunjukkan pentingnya kedudukan akhlak dalam Islam.
2. Akhlak menentukan kedudukan seseorang di akhirat nanti yang mana akhlak yang baik dapat memberatkan timbangan amalan yang baik. Begitulah juga sebaliknya. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : "Tiada sesuatu yang lebih berat dalam daun timbangan melainkan akhlak yang baik."
3. Akhlak dapat menyempurnakan keimanan seseorang mukmin. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : "Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya."
4. Akhlak yang baik dapat menghapuskan dosa manakala akhlak yang buruk boleh merosakkan pahala. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : "Akhlak yang baik mencairkan dosa seperti air mencairkan ais (salji) dan akhlak merosakkan amalan seperti cuka merosakkan madu."
5. Akhlak merupakan sifat Rasulullah saw di mana Allah swt telah memuji Rasulullah kerana akhlaknya yang baik seperti yang terdapat dalam al-Quran, firman Allah swt yang bermaksud : "Sesungguhnya engkau seorang yang memiliki peribadi yang agung )mulia)." Pujian allah swt terhadap RasulNya dengan akhlak yang mulia menunjukkan betapa besar dan pentingnya kedudukan akhlak dalam Islam. Banak lagi ayat-ayat dan hadith-hadith Rasulullah saw yang menunjukkan ketinggian kedudukan akhlak dan menggalakkan kita supaya berusaha menghiasi jiwa kita dengan akhlak yang mulia.
6. Akhlak tidak dapat dipisahkan dari Islam, sebagaimana dalam sebuah hadith diterangkan bahawa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw : "Wahai Rasulullah, apakah itu agama?" Rasulullah menjawab : "Akhlak yang baik."
7. Akhlak yang baik dapat menghindarkan seseorang itu daripada neraka sebaliknya akhlak yang buruk menyebabkan seseorang itu jauh dari syurga. Sebuah hadith menerangkan bahawa, "Si fulan pada siang harinya berpuasa dan pada malamnya bersembahyang sedangkan akhlaknya buruk, menganggu jiran tetangganya dengan perkataannya. Baginda bersabda : tidak ada kebaikan dalam ibadahnya, dia adalah ahli neraka."
-Salah satu rukun agama Islam ialah Ihsan, iaitu merupakan asas akhlak seseorang muslim. Ihsan iaitu beribadat kepada allah seolah-olah kita melihatNya kerana walauun kita tidak melihatNya, maka sesungguhnya Dia melihat kita.
Berkenaan
dengan manfaat mempelajari ilmu akhlak, Ahmad Amin mengatakan sebagai berikut.
Dengan mempelajari ilmu akhlak kita dapat menetapkan perbuatan baik dan
perbuatan buruk. Bersikap saling menghargai termasuk perbuatan baik, sedangkan
perbuatan bakhil atau kikir ialah perbuatan buruk. Seorang yang mempelajari
ilmu ini akan memiliki pengetahuan tentang kriteria perbuatan baik dan buruk,
selanjutnya ia akan banyak mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan yang
buruk. Akhlak yang mulia juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai berbagai
aktifitas kehidupan manusia disegala bidang.
ETIKA
Pengertian
Etika
Kata “etika”berasal dari bahasa yunani,
yaitu “ethos”, artinya adat
kebiasaan. Etika merupakan istilah lain dari akhlak atau moral, tetapi memiliki
substansial karena konsep akhlak berasal dari pandangan agama terhadap tingkah
laku manusia; konsep etika pandangan tentang tingkah laku manusia dalam
perspektif filsafat, sedangkan konsep moral lebih cenderung dilihat dalam
perspektif sosial normatif dan
ideologis.
Etika
adalah ilmu tentang tingkah laku manusia, prinsip-prinsip yang disistematisasi
dari hasil pola pikir manusia. Dalam esklopedia Winkler prins, dikatakan bahwa etika merupakan bagian dari filsafat
yang mengembangkan teori tentang tindakan dan alasan-alasan diwujudkannya suatu
tindakan dengan tujuan yang telah dirasionalisasi.
Dalam
ensiklopedia New American,
sebagaimana diuraikan oleh Hamzah Ya’kub (1993:13), etika adalah kajian
filsafat moral yang tidak mengkaji fakta-fakta, tetapi meneliti nilai-nilai dan
perilaku manusia serta ide-ide tentang lahirnya suatu tindakan.
Dari
pandangan filosofis epikuros, dapat di ambil suatu pemahaman tentang arti
etika, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan nilai-nilai tindakan manusia
yang menurut ukuran rasio dinyatakan dan di akui sebagai sesuatu yang
substansinya paling benar. Kaidah-kaidah kebenaran dari tindakan digali oleh
akal sehat manusia dan distandardisasi menurut ukuran yang rasional, seperti
sumber kebenaran adalah jiwa, nilai kebenaran jiwa itu kekal, segala yang tidak
kekal pada dasarnya bukan kebenaran substansial.
Etika
dapat di artikan dengan beberapa arti berikut.
1.
Pandangan benar dan salah menurut
ukuran rasio.
2.
Moralitas suatu tindakan yang
didasarkan pada ide-ide filsafat.
3.
Kebenaran yang sifatnya
universaldan eternal.
4.
Tindakan yang melahirkan
konsekuensi logis yang baik bagi kehidupan manusia.
5.
Sistem nilai yang mengabadikan
perbuatan manusia di mata manusia lainnya.
6.
Tatanan prilaku yang menganut
ideologi yang diyakini akan membawa
manusia pada kebahagiaan hidup.
7.
Simbol-simbol kehidupan yang
berasal dari jiwa dalam bentuk tindakan konkret.
8.
Pandangan tentang nilai perbuatan
baik dan buruk yang bersifat relatip dan bergantung pada situasi dan kondisi.
9.
Logika tentang baik dan buruk
suatu perbuatan manusia yang bersumber dari filsafat kehidupan yang dapat
diterapkan dalam pengumulan sosial, politik, kebudayaan, ekonomi, seni,
perofesionalitas pekerjaan dan pandangan pada situasi dan kondisi.
Dengan
definisi-definisi di atas, etika terus dikembangkan secara lebih praktis dan
normatif, sehingga dalam kajian akhlak yang dikaitkan dengan agama yang di anut
umat manusia, ada yang disebut dengan etika
islam, protestan, hindu dan budha. Demikian pula, dalam profesionalitas
pekerjaan, dikenal sebagai kode etik
kedokteran, pengacara, guru dan dosen
Hidayat
Nataatmadja (1983: 8) mengatakan bahwa ilmu pengetahuan yang berkembang
sedemikian pesatnya sebaiknya dipusatkan pada paradigma yang sama bagi seluruh
keilmuan yang di miliki manusia, yang dapat di jadikan tolak ukur kebenaran
yang hakiki, yang benar dengan sendirinya, yang diturunkan dari ajaran agama. Paradigma yang paling benar adalah
yang di gali dari wahyu yang ilahi, yang telah di teliti dan dikaji secara
ilmiah dan memiliki tingkat relevansi
yang akurat dengan sejarah evolusi umat manusia dan perkembangan sains
itu sendiri. Paaradigma ilmiah adalah
etika yang paling benar dari semua yang di rasionalisasi sebagai kebenaran.
Pandangan yang berhubungan dengan pengertian etika di atas, dapat di ambil
sebagai suatu pemahaman bahwa etika adalah cara pandang manusia tentang tingkah
laku yang baik ataupun buruk, dan dari cara pandang itu dapat digali dari
berbagai sumber, kemudian di jadikan sebagai tolok ukur bagi suatu tindakan
dengan pendekatan secara rasional dan filosofis.
Beberapa
pendekatan yang digunakan untuk menciptakan nilai-nilai suatu tindakan adalah
melalui pendekatan filosofis, saintifik dan pendekatan agamis. Dengan tiga
jenis pendekatan itu,lahirlah sistem nilai yang kebenarannya berbeda-beda,
yaitu sistem nilai yang kebenarannya spekulatif, sistem nilai yang kebenarannya
relatif, dan sistem nilai yang kebenarannya abasolut, keberadaanya diwujudkan
oleh unsur imanen dan transenden yang diakui oleh umat
manusia.
MORAL
Pengertian Moral
Kata
“moral” berasal dari bahasa latin “mores” kata jama’ dari “mos” berarti adat kebiasaan. Dalam
bahasa Indonesia moral diterjemahkan dengan arti tata susila. Moral adalah
perbuatan baik dan buruk yang didasarkan pada kesepakatan masyarakat.
Moral merupakan istilah tentang
perilaku atau akhlak yang diterapkan kepada manusia sebagai individu maupun
sebagai sosial. Apabila diartikan sebagai tindakan baik atau buruk dengan
ukuran adat, konsep moral berhubungan pula dengan konsep adat yang dapat di
bagi dalam dua macam adat, yaitu sebagai berikut.
1.
Adat
shahihah,
yaitu adat yang merupakan moral suatu masyarakat yang sudah lama dilaksanakan
secara turun temurun dari berbagai generasi, nilai-nilainya telah disepakati
secara normatif dan tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran yang berasal dari
agama Islam, yaitu Al-Quran dan Ass-Sunah.
2.
Adat
fasidah, yaitu
kebiasaan yang telah lama dilaksanakan oleh masyarakat, tetapi bertentangan
dengan ajaran Islam, misalnya, kebiasaan melakukan kemusrikan, yaitu memberi
sesajen diatas kuburan yang dilaksanakan setiap malam selasa atau malam jum’at.
Adat fasidah atau adat yang rusak itu seluruh kebiasaannya yang mengandung
kemusrikan. Orang-orang jahiliyah yang mempunyai kebiasaan membunuh anak
perempuan yang hanya dengan alasan anak
perempuam tidak menguntungkan, tidak dapat ikut berperang, dan menimbulakan
kemiskinan.
Berbicara tentang moral, berarti berbicara tentang tiga
landasan utama terbentuknya moral, yaitu sebagai berikut.
1.
Sumber moral pembuat sumber.
2.
Orang yang menjadi objek
sekaligus subjek sumber moral dari penciptanya.
3.
Tujuan moral, yaitu tindakan yang
diarahkan pada target tertentu, misalnya ketertiban sosial, keamanan dan
kedamaian, kesejahteraan, dan sebagainya.
PERSAMAAN DAN
PERBEDAAN AKHLAK, ETIKA DAN MORAL
Mengenai
pengertian akhlak, etika dan moral ketiga istilah tersebut memiliki kesamaan
substansial jika dilihat secara normatif karena ketiganya menguatkan suatu pola
tindakan yang dinilai baik dan buruk. Istilah akhlak secara sosiologis disama
artikan dengan istilah moral, etika, tata susila, tingkah pola, perilaku, sopan
santun, tata krama, dan handap asor. Hanya pola yang digunakan didasarkan pada
ide-ide yang berbeda. Etika dinilai menurut pandangan filsafat tentang
munculnya tindakan dan tujuan rasional dari suatu tindakan. Akhlak adalah wujud
dari keimanan atau kekufuran manusia dalam bentuk tindakan sedangkan moral
merupakan bentuk tingkah laku yang diidiologisasikan menurut pola hidup
bermasyarakat dan bernegara yang rujukannya diambil terutama dari sosial
normatif suatu masyarakat, idiologi negara, agama, dan dapat pula dari
pandangan-pandangan filosofis manusia sebagai individu yang dihormati, pemimpin
dan sesepuh masyarakat.
Kesimpulan
Akhlak merupakan
hiasan diri yang membawa keuntungan bagi yang mengerjakannya ia akan disukai
Allah dan disukai umat manusia dan mahluk lainnya. Kita juga menjadi tahu
akhlak yang baik dan yang buruk. Dengan demikian kita berusaha melakukan
perbuatan yang baik dan menghindari perbuatan yang buruk, sehingga kita dapat
berhati-hati dalam menjalani kehidupan ini.
Daftar Pustaka
Juhaya.
S. Praja. Ilmu Akhlak. Bandung: Pustaka Setia. 2010.
Rahman
Ritonga. Akhlak Merakit Hubungan Dengan
Sesama Manusia.Surabaya: Amelia. 2005.
WWW.Wikipedia.com. Pengertian Akhlak.
Landasan
Akhlak – Islam Wiki http://islamwiki.blogspot.com/2009/01/landasan
akhlak.html#ixzz1YGkDFD9b
Tidak ada komentar:
Posting Komentar